Selasa, 20 Maret 2012

Drago Mamic dalam Bayang-bayang Pemecatan


PELATIH Persib Bandung, Drago Mamic mendapatkan ultimatum keras dari Manajemen Persib pasca kekalahan 0-2 dari Gresik United di Stadion Petrokimia, Senin (19/3). Jika kekalahan kembali dialami Maung Bandung saat menghadapi Persiba Balikpapan di Stadion Persiba, akhir pekan ini, bukan tidak mungkin Mamic harus meninggalkan kursi kepelatihannya di Persib.

“Setelah lawan Persiba, kita akan lakukan evaluasi. Tidak hanya evaluasi untuk tim juga Pelatih,” tegas Umuh kepada wartawan di Hotel Weta, Surabaya, Senin malam (19/3).

Umuh mengaku geram dan menyayangkan kekalahan yang diderita Maung Bandung. Sebab kekalahan tersebut seolah menjauhkan Persib dari harapan mengejar gelar juara.

Hasil negatif di Gresik membuat jarak poin Maung Bandung dengan klub-klub penghuni papan atas, menjadi sulit terkejar. Padahal sebelumnya Mamic sendiri berharap bisa anak buahnya bisa memangkas jarak poin lewat kemenangan di dua laga tandang terakhir putaran I.

Wajar jika petinggi Maung Bandung mulai mempertanyakan kinerja Mamic. Sebab langkah Persib sejauh ini, tergolong tersendat-sendat terutama saat menjalani laga tandang.

Total dari 8 laga tandang yang sudah dijalani, Persib hanya menuai 5 poin hasil 1 kali menang, 2 seri dan 5 kali kalah dari kemungkinan maksimal mendulang 24 poin di laga tandang.Persibholic.com
Selengkapnya...

Umuh Anggap Mamic Tidak Merestui Persib Menang

MANAJER Persib Bandung, Umuh Muchtar mengaku sangat menyesali kekalahan Persib dari Gresik United, Senin (19/3). Umuh menyatakan cukup mempertanyakan taktik dan strategi yang diterapkan Pelatih Drago Mamic untuk meladeni cara bermain yang diusung Gresik United.

Tanda-tanda kekalahan Persib, menurut Umuh sudah terjadi beberapa saat sebelum kick off pertandingan. Beberapa kejanggalan dalam pemilihan pemain dan pergantian pemain dilakukan Mamic.

Salah satunya ketika Mamic mencatumkan Moses Sakyi dalam daftar pemain inti. Sebelum kemudian memutuskan untuk merubah susunan starting line up dengan mengganti posisi Moses oleh Aliyudin, beberapa saat sebelum pertandingan dimulai.

Umuh merasa, Drago Mamic tidak memikirkan yang terbaik untuk Persib. Strategi Mamic dinilai kurang tepat dan terkesan dipaksakan. Ia menganggap Mamic seakan tidak menginginkan Persib menang.

“Jujur selama saya di Persib, baru kali ini saya marah besar. Sepertinya Persib tidak boleh menang. Sebelumnya, Moses di masukan sebagai starter, padahal dokter tim sudah mengatakan, Moses tidak bisa main. Tapi mengapa Mamic tetap memasukkan Moses di line up,” ujar Umuh kepada wartawan di Hotel Weta Surabaya, Senin malam (19/3).

“Di babak pertama kita bermain cukup bagus. Tapi kenapa strategi dengan hanya mengandalkan satu striker dipertahankan. Kalau pemain biasa bermain dengan 4-4-2, kenapa tadi tidak main dengan skema itu. Harusnya saat Airlangga masuk, Aliyudin tetap bermain bukan di ganti. Coba kalau kita main dengan dua striker,” tegas Umuh.

Umuh menambahkan, apa yang ia katakan, semuanya sudah di bicarakan dengan Komisaris Utama PT. PBB, Zaenuri Hasyim.

“Saya sudah bicara kepada Pak Zaenuri, dan Pak Zaenuri menyetujui dengan apa yang saya omongkan ini,” tandasnya.persibholic.com
Selengkapnya...

Kamis, 22 Juli 2010

Tutup Musim Dengan Kemenangan

Penulis : Ijah Ijazati

Kemenangan Persib Bandung 2-0 dari sang juara Superliga, Arema FC, sore tadi di Stadion si Jalak Harupat, menjadi catatan manis bagi tim kebanggaan masyarakat Jawa Barat tersebut. Ya, meski gagal lolos ke babak semifinal Piala Indonesia, ada catatan khusus yang bisa dijadikan kebanggaan. Semangat tak kenal lelah yang diperlihatkan pasukan Maung Bandung saat menaklukkan Singo Edan adalah salah satu yang perlu diapresiasi.

Kegigihan pemain untuk membalas kekalahan saat pertemuan pertama di Malang memang tercapai. Namun, disepakbola ada menang dan ada kalah serta ada kejujuran dan ada intrik.

Melihat semangat dan dedikasi pemain selama musim ini, hanya sebuah kebanggaan yang bisa di ucapkan. Ucapan terimakasih memang biasa diucapkan, tapi sekarang bagaimana saatnya membuat makna dari ucapan itu bisa dikenang hingga membuat mereka bangga mempunyai suporter seperti kita.

Tetap bangga dengan usaha pemain dan bagi kalian yang hanya bisa menghina disaat tim ini terpuruk. Intropeksilah diri anda, karena dengan watak pemahaman seperti inilah yang membuat Persib tak berkembang.

Orang tetua dulu pernah bilang, jika hinaan itu sama saja dengan kutukan. Jika kalian menghina, sama saja kalian mengutuk tim sendiri.

Fanatisme berlebih memang penting. Tapi beretika dalam mendukung Persib lebih penting. Sampai jumpa musim depan.
Selengkapnya...

SIMAMAUNG MENJADI SAKSI SANG JUARA TANPA MAHKOTA

Penulis: SANDY TYAS

Tinta sejarah telah kau ukir di hati para bobotoh semuanya, meski tanpa gelar satupun bagi kami kau adalah juara sejati. Juara tanpa mahkota. Dan setelah itu kita hanya bisa memberika apresiasi setinggi-tingginya, kepada PERSIB, BOBOTOH dan SIMAMAUNG. Penghargaan kepada PERSIB dan BOBOTOH adalah hal yang mungkin sudah layak kita berikan Apresiasi. Hal ini karena PERSIB telah memberikan usaha terbaiknya dalam mengarungi kompetisi, sedangkan Bobotoh selalu setia mendukung PERSIB sampai titik darah penghabisan.

Lalu SIMAMAUNG?

SIMAMAUNG juga telah mengiringi langkah sang Pangeran Biru mengarungi seluruh Kompetisi di tahun 2009/2010 ini.

SIMAMAUNG selalu membuat hati bobotoh berdebar menanti berita-berita terkini yang selalu dinantikan. Kesal kadang ketika menunggu berita yang terbaru tak kunjung muncul, Senyum dan terpuaskan ketika kita bisa merasakan apa yang dialami oleh PERSIB saat kita mendapatkan Informasi dari SIMAMAUNG.

Untuk itulah Apresiasi juga layak kami berikan kepada SIMAMAUNG yang telah menjadi saksi perjalanan pahit manis PERSIB BANDUNG di tahun ini.

Jadilah yang lebih baik lagi PERSIBKU, BOBOTOH DAN SIMAMAUNG

Terimakasih SIMAMAUNG……

WITHOUT YOU WE WILL BLIND ABOUT PERSIB…. 

SANDY TYAS
VIKING DISTRIK INDRAMAYU KORWIL CIKEDUNG
Indramayu-Jawa Barat
Selengkapnya...

Minggu, 04 Juli 2010

juara bukan segalanya

Hampir 6 tahun aku mengikuti kegiatan KARATE, selama itu pula aku telah di tempa dan di bina hingga menjadi seorang atlit.
Senpai-ku telah memberikan apa yang dia mampu untuk mencetak atlit2 tebaik nya…
Dia selalu mengatakan “Juara Bukan Segalanya Tapi Berjiwa Mulia itu yang Utama”, pekataan itu selalu terngiang di telinga ku hingga membekas dalam hati. “Untuk apa kalian berlatih jika mental kalian jelek, percuma, karate bukan tempat orang yang cengeng,sok jagoan, senpai nggak perlu itu.
kalian berlatih pukul ,tendang, banting buat apa ? Buat jadi jagoan, Karate bukan buat itu tapi bisa memahami dan melaksanakan Sumpah Karate. Lebih dari itu tujan akhir dari ini adalah mental baja dengan semangat Bushido supaya Hati kalian Bersih”
setidaknya perkataan itu yang masih ku ingat dengan jelas.
untuk semua Atlit…..
Jangan Berfikir Kita Harus Menang Tapi Befikirlah Kita Harus Bermental Baja…….
Thanks…..
Ikhlas from Sidoarjo……
Dikirim oleh :
Ikhlas purwanto.http://www.resensi.net
Selengkapnya...

Rabu, 02 September 2009

Sejarah Viking-The Jakmania


"Banyak yang tidak tahu dan bertanya, bagaimana sebenarnya permusuhan Viking dengan the jak bermula. Mengapa timbul rasa benci dalam benak masing-masing dari mereka. Hingga kini, keduanya masih saja berseteru. Bahkan semakin meruncing."

Penyebabnya sepele dan manusiawi, rasa iri. Iri hati dan sirik inilah yang membuat keduanya bermusuhan. Rentang waktu 1985 hingga 1995 adalah masa keemasan Persib. Sementara Viking yang berdiri tahun 1993 begitu setia mendukung klub kebanggaan warga Jawa Barat itu. Dimanapun Persib bermain, disana pasti ada Viking. Termasuk jika bermain di Jakarta. Semua menjadi lautan biru.

Inilah yang membuat anak muda ibukota iri. Selain kejayaan Persib kala itu, kesetiaan Viking membuat hati mereka panas. Saat itu muda-mudi betawi baru mampu membentuk kolompok kecil bernama Persija Fans Club. Walaupun begitu, kebesarkepalaan mereka sudah sangat menjadi. Hingga terjadilah insiden di stadion Menteng. Saat Persija menjamu Maung Bandung pada Liga Indonesia ke-2. Viking membirukan Ibukota dengan sekitar 9000 anggotanya. Sementara Persija Fans Club hanya berjumlah tak lebih dari 1000 orang. Rupanya bocah-bocah betawi itu tak rela kandangnya dikuasai supporter kota lain. Mereka pun membuat ulah. Seakan lupa jumlah mereka tak lebih dari 10% anak-anak Bandung. Hingga akhirnya, mereka mendapatkan akibatnya. Dengan kuantitas yang hanya satu tribun VIP, lemparan batu diarahkan Viking pada lokasi mereka menonton. Dan itu dilakukan Viking di Jakarta. Hal yang tidak berani dilakukan bocah Jakarta di Kota Kembang.

Singkat cerita, pada tahun 1997, muda-mudi ibukota ikut-ikutan membentuk perkumpulan supporter. Mereka menamakannya the jakmania.

Kebodohan the jak terekspos keseluruh negeri ketika mereka tak berdaya menghadapi Viking dalam kuis Siapa Berani. Kuis yang menguji wawasan dan kemampuan berpikir. Itu merupakan edisi khusus kuis Siapa Berani, edisi supporter sepak bola. Menghadirkan Viking, the jak, Pasoepati (Solo), Aremania, dan ASI (Asosiasi Suporter Indonesia). Pemenangnya, Viking. Perwakilan Viking berhasil melewati babak bonus dan berhak atas uang tunai 10 juta rupiah.

Seperti biasanya, rasa iri dari the jak muncul. Malu dikalahkan di kotanya sendiri, ketua the jak saat itu, Ferry Indra Syarif memukul Ali, seorang Viker yang menjadi pemenang kuis. Sungguh perbuatan yang tidak pantas dilakukan oleh seorang ketua. Ketuanya saja begitu, apalagi anak buahnya?

Kejadian itu terjadi di kantin Indosiar, ketika dilangsungkannya acara pemberian hadiah. Kontan keributan sempat terjadi, namun berhasil diatasi.

Kesirikan the jak tak sampai disitu. Mereka menghadang rombongan Viking dalam perjalanan pulang menuju Bandung, tepatnya di pintu tol Tomang. Anak-anak Bandung yang berjumlah 60 orang pulang dengan menggunakan dua mobil Mitsubishi Colt milik Indosiar dan satu mobil Dalmas milik kepolisian. Ketiga mobil ini dihadang sebuah Carry abu-abu. Dua lolos, namun nahas bagi salah satu Mitsubishi Colt yang ditumpangi para anggota Viking. Mobil itu terperangkap gerombolan the jak. Kontan, mobil dirusak, Viking disiksa, dan uang para pendukung pangeran biru itu pun dijarah. Termasuk handphone dan dompet mereka.

Tercatat sembilan anggota Viking mengalami luka-luka. Tiga diantaranya terluka parah. Namun sayang, pihak kepolisian lamban dalam menyelesaikan kasus ini. Termasuk dalam menangkap the jak yang merampok dan menganiaya anggota Viking Persib Club.

Hingga saat ini perseteruan kedua kelompok supporter itu masih terus berlanjut. Viking, yang memiliki anggota terbanyak di Indonesia, memiliki kreatifitas tinggi, terbukti dengan julukan “Bandung kota mode, musik, dan seniman” (bahkan the jak pun belanja ke Bandung), dengan the jak yang memiliki title kota ibukota. Entah kapan ini berakhir…

Menarik sekali membahas pertemuan Persib dan Persija karena dua klub ini merupakan dua klub legendaris dan memiliki sejarah besar sejak zaman Perserikatan dulu. Aroma klasik dan dendam selalu mewarnai pertandingan ini. Mungkin tensi pertandingan ini setara dengan Inter vs Juventus di Serie-A atau Barcelona vs Real Madrid di La Liga.

Berbicara tentang klub, tentu tak lepas dari suporter. Ini yang cukup menarik. The Jak dan Viking sejak dulu selalu berseteru di dalam dan luar lapangan. Teror kepada pemain Persib dan Persija selalu terjadi setiap kedua tim itu bermain di Bandung ataupun Jakarta. Bentrokan antar kedua kubu acapkali terjadi.

Bagaimana awal mula perseturuan kedua kubu itu berasal?? Ada beragam versi. Baca aja komen-komen di bawah. Saya juga bingung jadinya. Viking menyalahkan The Jak, The Jak menyalahkan Viking.

Hmmm.. apakah hanya Viking musuh The Jak? Setelah saya “berjalan-jalan” di dunia maya ternyata bukan hanya Viking yang membenci The Jak. Bonek, La Viola, Persipura mania, kabomania, bahkan North Jak yang sekota dengan The Jak pun sangat membenci suporter oranye itu.. Mungkin ini salah satu alasan viking membenci the jak?? Bisa dibilang musuh the jak sahabat viking, sahabta The Jak berarti musuhnya Viking.
Ditambah lagi ada film Romeo-Juliet yang kontroversial justru memperparah permusuhan The Jak dan Viking.


Patutkah Kebencian Ini terus ada???
Rasanya memang susah menghapuskan luka dan dendam yang sudah ada. Memang permusuhan itu harus tetap ada tapi hanya sebatas di lapangan. Lihatlah Barcelonista dan Madridista, permusuhan mereka hanya di lapangan atau pun sebatas di website, hanya saling ejek. Tak pernah ada bentrok fisik, suporter bisa datang ke Madrid atau Barcelona. Tak pernah ada bentrokan. Atau lihat antara Milanisti dan Interisti. Saat Milan tak lolos Liga Champions, Interisti sangat puas dan mengejek AC Milan. Saat musim ini Milan tanpa gelar, Interisti membentangkan spanduk Milan Merda (merda= ejekan bahasa Italia) dan juga Zero Tituli (nol gelar) untuk mengejek Milan bukan mengejek Milanisti.

Tapi mereka tetap bisa hidup rukun dalam satu kota. Bahkan saat derby berlangsung jarang sekali sada bentrokan. Kedua suporter bisa menonton dengan tenang. Mengapa begitu? Karena di luar negeri berbeda dengan di sini. Di saana yang dibenci klubnya, kalo di sini yang dibenci suporternya. Interisti membenci AC Milan dan Juventus tapi tidak membenci Milanisti dan Juventini. Bisa diliat di FB pun ada grup anti Juventus dan antiMilan bukan anti Milanisti ataupun anti juventini.

Kalo di kita yang dibenci lebih pada suporternya bukan pada klubya. Ada grup antiViking, anti Jakmania. Bukan anti Persija atau anti Persib.
By: BOSBER

Selengkapnya...